“nak, ayah tuh nggak secanggih kamu ilmu agamanya. tapi ayah mau kasih tau sesuatu tentang ilmu agama dan menikah. sesuatu yang ayah temukan dari pernikahan sama ibumu.
ilmu agama itu terdiri dari ilmu dunia dan ilmu akhirat, nak. bedanya? ilmu dunia mengajarkan kita untuk terus memiliki dan meminta sampai tidak ada lagi yang bisa dimiliki dan diminta. ilmu akhirat sebaliknya, mengajarkan kita untuk terus memberi dan melepaskan sampai tidak ada lagi yang bisa diberi dan dilepaskan.
kamu tau nggak? menikah itu menyempurnakan agama, karena menikah-lah yang mengajarkan ilmu akhirat–setelah seumur hidup kamu hanya belajar ilmu dunia.
gara-gara menikah, ayah semakin sadar kalau di dunia ini, kita semua adalah pemimpin tapi bukan pemilik. uang yang ayah dapatkan, tidak pernah ayah berpikir bahwa ayah memilikinya. waktu yang ayah luangkan, tidak pernah ayah merasa bahwa ayah memilikinya. apapun yang ada pada diri ayah, semuanya bukan punya ayah. semuanya punya kalian, keluarga ayah.
sebelum ayah menikah, ayah nggak belajar tentang ini. ayah mengira kalau semua capaian hidup ayah adalah milik ayah seorang. sekarang ayah mengerti, ini semua milik kalian. dan terutama, milik Allah.
karena menikah, ayah menjadi lebih bertanggung jawab. ayah sadar bahwa semua yang diberikan kepada ayah, adalah titipan yang harus dijaga, dikelola sebaik-baiknya. baiknya Allah itu kan? kalau bukan karena menikah, tidak mungkin ayah belajar memberi dan melepaskan seperti ini. juga, tidak mungkin ayah belajar memiliki dan meminta seperti ini–untuk kemudian dipersembahkan kepada kalian.
kamu tau nggak, ilmu akhirat mana yang paling tinggi kesulitannya bagi seorang ayah?”
lalu ayah melepas kacamata, menggosok-gosok yang ada di baliknya.
“melepaskan anak-anak perempuannya.”
ayah diam lama sekali.
“karena–bukan ayah tidak percaya kepada calon suamimu, melainkan ayah yang tidak percaya kepada diri sendiri. sudahkah ayah benar-benar menjagamu, merawatmu, sampai sekarang?”
ayah diam lagi.
“itulah yang diajarkan sebuah pernikahan, nak. meminta untuk kemudian memberi. memiliki untuk kemudian melepaskan.”
ayah diam lagi. tak bicara lagi.
No comments:
Post a Comment