Saturday, January 10, 2015

Untuk Sebuah Alasan

Sambil menatap langit biru yang begitu luas nan indah, aku tersenyum tipis, sembari melempari batu ke dalam danau yang indah.
“Mencintai itu perjuangan dan pembuktian,” katamu
“Mencintai itu keberanian atau kerelaan. Keberanian untuk mengambil kesempatan, atau kerelaan untuk melepaskan,” sangkalku
Obrolan kami tetiba terhenti ketika melihat keindahan dedaunan yang berguguran dari atas pohon, persis musim gugur di eropa. Dan senyumku, semakin lebar melihat keindahan dedaunan yang tertiup angin.
“Kenapa begitu?” kamu kembali bertanya
“Ya, karena hanya ada dua kemungkinan dalam hidup ini. Mengambil kesempatan atau merelakannya.” kembali ku menjawab
“Bukankah semua bisa diperjuangkan?” tanyamu lagi
“Menurutku tidak. Mencintai itu tak harus memiliki. Tak bisa dipaksakan. Bukankah tidak semua orang yang singgah dalam kehidupan kita akan selalu di sisi kita? Ada kalanya kita harus merelakan seseorang untuk menjadi bagian dari kehidupan orang lain.”
Karena setiap orang yang singgah ke dalam hati kita, tak selalu akan menjadi bagian dari hati kita. Terkadang ia singgah hanya untuk sekedar menjadi pelajaran untuk kita.
Semua terjadi untuk sebuah alasan, kan? Bahkan dedaunan yang gugur saja, menjadi sebuah alasan untukku tersenyum.

No comments:

Post a Comment