Dan, kau. Masih di sini menunggu rintik yang tak kunjung berhenti.
Puji-pujian kepada Tuhan masih terdengar dari pengeras suara tempat kau menanti.
Gemuruh. Kau tidak takut akannya. Hanya saja, surau yang kau datangi tiap petang makin sepi saja. Riuh canda anak-anak kecil yang sering kau dengar dulu, seakan makin menghilang ditelan gemuruh.
Baru kau ingat, rintik ini adalah salah satu pintu ijabahnya doa, tak terkecuali doa manusia tak tau diri sepertimu.
Gemuruh itu, semoga segera hilang dari hati orang-orang sepertiku, batinmu.
Rintik itu tak kunjung berhenti. Dan kau teringat akan janji yang harus kau tepati.
Kau beranikan diri mengayuh pedal sepeda bututmu menerjang hujan petang ini, walau bersentuhan dengan rintik yang kau takuti.
Puji-pujian kepada Tuhan masih terdengar dari pengeras suara tempat kau menanti.
Gemuruh. Kau tidak takut akannya. Hanya saja, surau yang kau datangi tiap petang makin sepi saja. Riuh canda anak-anak kecil yang sering kau dengar dulu, seakan makin menghilang ditelan gemuruh.
Baru kau ingat, rintik ini adalah salah satu pintu ijabahnya doa, tak terkecuali doa manusia tak tau diri sepertimu.
Gemuruh itu, semoga segera hilang dari hati orang-orang sepertiku, batinmu.
Rintik itu tak kunjung berhenti. Dan kau teringat akan janji yang harus kau tepati.
Kau beranikan diri mengayuh pedal sepeda bututmu menerjang hujan petang ini, walau bersentuhan dengan rintik yang kau takuti.
No comments:
Post a Comment