Sunday, July 26, 2015

Membangun Reruntuhan

Suatu hari yang lalu, kita mulai membangun banyak hal dalam hati kita. Semacam membuat pondasi untuk rumah yang nantinya kita dirikan. Sebuah rumah yang dirancangan secara teliti agar benar-benar bisa memberikan keamanan kepada yang menghuni.

Rumah yang dibuat dengan kokoh, dengan dinding yang kuat, dengan pintu yang terkunci rapat, dengan pagar yang melindungi, dengan halaman yang cukup untuk berlari. Kita membuatnya sedemikian rupa.

Kita tersenyum menyaksikan seluruh rencana itu hingga suatu hari ada kehendak lain. Kita tidak bisa mengatur apapun yang berasal dari luar diri kita sendiri. Keadaan sekitar, begitu banyaknya pertemuan dan perpisahan seolah-olah menjadi musim badai yang tidak pernah berhenti. Rumah itu menjadi puing-puing yang berserakan.

Saat meratapi reruntuhan itu. Kita kemudian menyadari bahwa rumah yang sesungguhnya tidak dibangun dengan cara demikian. Ketika begitu banyak orang ingin membuat rumah yang megah, rumah yang terbuat dari dinding yang kuat, dan ruang yang luas.

Kita tersenyum memandangi reruntuhan dan mulai membangun hal baru. Sebuah rumah yang dibangun dengan kehangatan, dengan tawa ceria penghuninya, dengan bacaan ayat suci di waktu-waktu terbaiknya, dengan lantainya yang seringkali digunakan untuk sujud, dan tentu saja dengan rasa aman.
Rumah itu adalah hati itu sendiri.

No comments:

Post a Comment